Almarhum KH Abdurahman Chudlari dikenal sebagai kiai yang mampu mengayomi, melindungi, dan memfasilitasi pergerakan tradisi yang berkembang di masyakarat. Dan almarhum tidak pernah menseleksi tradisi. Semua tradisi diterima dengan lapang dada.
Ahmad Majidun, ketua PC Lakpesdam NU Magelang, mengatakan, kepedulian KH Abdurahman Chudlori dalam tradisi tidak dilakukan dengan berbicara, tapi sikap dan tindakan.
"Saya belum pernah mendengar pernyataan Mbah Dur tentang tradisi atau adat kebiasaan di masyarakat. Pembelaan beliau pada tradisi mewejud dalam kehidupan sehari-hari," kata Majidun yang kenal Mbah Dur sejak tahun 1986. Mbah Dur adalah panggilan akrab masyarakat untuk KH Abdurahman Chudari.
Kecintaan pada tradisi sebetulnya bukan kekhasan Mbah Dur, melainkan keluarga besar pesantren Asrama Perguruan Islam Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah. Mbah Dur ada di dalamnya.
Tiap tahun, pesantren ini memfasilitasi pageleraan berbagai kesenian yang hidup di Jawa. Ada jathilan, tari topeng, reyog, ketoprak, wayang kulit, barongsai, warangan, dan masih banyak lagi. Kesenian-kesenian itu digelar 24 jam penuh dalam acara khataman atau akhirussana pesantren.
"Pesantren Tegalrejo berpartisipasi aktif dalam banyak tradisi yang berkembang di masyarakat. Mbah Dur mendukung upacara mengawali musim tanam di sawah dan acara musim panen," ujar Majidun.
"Dan yang sangat menonjol adalah keguyuban, kebersamaan, kegotongroyongan serta kebersamaannya. Komunitasnya pun beragam, dari kesenian hingga keagamaan yang plural," tambahnya.
Mbah Dur meninggal di usia 68 tahun. Ia tiga bersaudara dari pasangan KH M. Chudlori dengan Kunah Dalhar.
Kemarin Selasa (25/1), dalam acara pelepasan jenazah Mbah Dur, KH Nurul Huda dari pesantren Ploso Kediri mengatakan, "Sebagaimana Gus Dur, Mbah Dur adalah kiai yang mampu melayani dan memfasilitasi keguyuban para ulama dan pesantren."
"Almarhum telah menyelesaikan tugas kekhalifahannya di dunia. Kita penerusnya berkewajiban merawat dan mengembangkan pondok pesantren peninggalannya," kata Lukman Hakim Saifuddin, wakil Ketua MPR.
Kehidupan yang seperti inilah yang dikenang. Selamat jalan, Mbah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar